KETERLIBATAN CIA DALAM PERISTIWA G30S/PKI
Central Intelligence Agency (CIA) diduga berada dibalik kasus G 30 S/PKI yang meletus 1965. Tragedi tersebut dianggap rekayasa yang mengakibatkan tewasnya Jenderal Ahmad Yani dan beberapa jendral lainnya.
Banyaknya versi mengenai peristiwa naas tersebut, harus dijelaskan kepada masyarakat. Agar menjadi jelas keberadaan dan kebenarannya. Minimal penjelasan tersebut harus sudah diterima oleh para pelajar di SMA. Demikian dinyatakan sejarawan LIPI Asvi Warman Adam dalam peluncuran novel "The Forgotten Massacre," mengenai kisah persahabatan dan cinta ditengah tragedi G 30 S/PKI di Grand Indonesia Shoping, Jakarta, Jum'at (2/10) kemarin.
"Banyak versi mengenai terjadinya pemberontakan G 30 S/PKI, menurut pemerintah dalangnya adalah PKI. Namun, versi lain mencuat CIA muncul di belakang peristiwa itu. Amerika ikut berperan dalam kejadian tahun 65," kata Asvi
Dugaan ini diperkuat setelah pemerintah Amerika membuka arsip negaranya setiap tahun. Ternyata ada arsip tertulis yang menyatakan keterlibatan Amerika Serikat melalui CIA.
Menurut Asvi, sebenarnya tidak hanya Amerika Serikat yang terlibat dalam kasus G 30 S/PKI, tetapi Inggris dan Australia pada saat itu juga ikut bermain untuk membantu upaya pemberantasan komunisme.
Lebih lanjut, Asvi menyatakan, ada pertemuan pada tahun 1964 di Filipina yang merumuskan skenario Amerika Serikat untuk Indonesia. Yaitu skenario supaya Indonesia tidak jatuh kepada Komunis PKI. Kalau hal itu terjadi, maka posisi Amerika yang saat itu bertempur melawan Vietnam akan semakin terjepit.
"Amerika tidak ingin Indonesia dikuasai Komunis, karena dampaknya Malaysia dan Singapura juga akan dikuasai komunis. padahal saat itu Amerika sedang berperang melawan komunis," terang Asvi sebagaimana dilansir oleh www.inilah.com
Maka skenarionya adalah memprofokasi PKI yang ditumpas oleh TNI AD dan mengakibatkan Soekarno akhirnya jatuh. Nampaknya menjadi kenyataan tahun 1965. Berhasil mencapai tujuan memang, namun gagal karena para Jendral TNI meninggal.
Sekitar CIA dan G.30.S/PKI/1965
Julius Mader dalam bukunya, Who’s Who in CIA, mencatat 77 nama agen CIA yang bertugas di Indonesia hingga tahun 1967. Sebagian nama yang disebut Mader bukan nama yang asing bagi sejumlah orang Indonesia. Hanya saja nama nama tsb tidak dikenal sebagai agen CIA melainkan nama pejabat di Kedubes AS sekitar 1965 yang suka berdiskusi, mengajak berolahraga bersama, membuat resepsi atau mengundang makan. Rosihan Anwar bekas pemimpin redaksi majalah Pedoman ketika membaca nama nama tsb mengenali beberapa diantaranya Edward E. Masters (Sekretaris Atase Politik Kedubes AS di Jakarta 1965, Jack Wilson Lydman (orang kedua di Kedubes AS), Burton Levin (Sekretaris III Bidang Politik Kedutaan, 1959), dan Francis T. Underhill (pegawai Kedubes AS).
Rosihan Anwar yang dulu sering bergaul dengan banyak orang AS, sudah mencurigai gerak gerik pejabat pejabat tadi. Mereka pada umumnya pandai bergaul dan mengajak bermain Badminton atau makan malam. Sahata Hutagalung yang dahulu pemimpin koran Sinar Harapan di Medan masih mengingat nama nama Dean J. Almy Jr. dan Robert L. Taylor bekas pejabat Konsul AS di Medan sekitar 1965. Robert L. Taylor yang ramah itu tidak saja akrab dengan Sahata tetapi juga dengan Syamsudin Manan (dari koran Mimbar Umum), Dahlan (harian Bintang Indonesia), dan Syarifudin (harian Bukit Barisan). Lewat organisasi English Conversation yang didirikannya, Robert L. Taylor dengan rekan rekan Indonesianya berbicara mengenai banyak hal termasuk masalah politik dan gerakan PKI. Dari persahabatan itu pula tiga pemimpin redaksi dari Medan tadi sempat melancong ke AS. Sahata Hutagalung yang kini 65 dan pengusaha Restoran Tip-Top di medan itu tidak menyangka bahwa rekanan ASnya adalah agen CIA.
Menurut laporan GATRA, dokumen CIA Indonesia 1965: The Coup That Backfired yang terdiri dari 311 halaman dan tersimpan di Library of Congress memuat laporan laporan resmi agen CIA sejak 1964-1967. Anehnya, didalam dokumen tsb. tidak diungkapkan keterlibatan CIA dalam peristiwa G 30 S/PKI dan juga tidak mengungkapkan kecurigaan CIA terhadap Angkatan Darat RI! Hal ini bertentangan dengan semua tulisan tulisan mengenai G 30 S/PKI sebelumnya, kecuali dengan buku putih terbitan Sekretariat Negara yang berjudul Gerakan 30 September Pemberontakan PKI: Latar Belakang, Aksi dan Penumpasannya. Dokumen CIA secara kontroversial justru menyebutkan kecurigaan CIA terhadap Bung Karno yang sebelumnya sudah mengetahui rencana kudeta dan seolah olah tidak dapat berbuat apa apa untuk menghindarinya. Uraian CIA selanjutnya mirip dengan uraian buku putih keluaran Sekneg.
Dalam dokumen CIA disebutkan bahwa Kapuspen Hankam dan bekas ajudan Bung Karno, Jendral Sugandhi, pada 27 September 1965 diberi tahu oleh Sudisman tentang rencana PKI tanggal 30 September 1965. Sugandhi memberi tahu Bung Karno tentang hal tsb namun Bung Karno malah menuduh Sugandhi sebagai komunisto phobi. Sugandhi memang datang ke istana untuk melapor tapi Sugandhi keburu dimarahi dan diusir Bung Karno sebelum memberikan laporannya. Saya yakin Bung Karno tidak mengetahui rencana G 30 S/PKI!! Saya ingat betul justru para diplomat AS berperan sebagai agen CIA; misalnya Robert J. Martens yang mengungkapkan nama 5000 anggota PKI kepada TNI AD.
Bernardo Hugh Tovar, 73, direktur CIA yang bertugas di Jakarta pada 1964 hingga 1966 menngaku tidak banyak tahu tentang peristiwa 30 September 1965 di Jakarta dan membantah keterlibatan CIA dalam peristiwa G 30 S/PKI. CIA hanya mengobservasi keadaan dan membuat laporan detail tentang keadaan waktu itu, tuturnya. Selanjutnya Bernardo mengakui bahwa CIA mengetahui rencana PKI untuk mengadakan kudeta tapi CIA tidak membantu TNI AD dalam menumpas PKI.
Ketika ditanya mengenai laporan Sugandhi kepada Bung Karno mengenai rencana PKI (seperti juga yang ditercantum dalam buku Nasution Memenuhi Panggilan Tugas), Nasution mengatakan bahwa sekalipun dalam pemeriksaan Mahmilub Sugandhi mengakui bahwa ia telah melaporkan rencana PKI itu, tetapi Bung Karno tidak pernah diadili, jadi sulit membuktikan apakah benar Bung Karno mengetahui jauh hari sebelum peristiwa G 30 S/PKI.
Prof. Kahin bahkan mensinyalir keterlibatan dinas rahasia Inggris M16 karena Inggris berkepentingan menggulingkan Bung Karno karena politik Ganyang Malaysianya. Dr. Taufik Abdullah, sejarawan LIPI mengatakan bahwa dokumen CIA bukanlah jaminan kebenaran sejarah. Dua tahapan sebagai prasyarat penting bagi pengujian suatu dokumen haru dilewati yaitu: tahapan pengujian internal (diuji logika uraiannya) dan secara eksternal (diuji kebenarannya dengan cara empiris dan diuji dengan fakta dari dokumen sahih lainnya). Menurut Dr. Taufik Abdullah dokumen berstempel CIA belum tentu lulus tahapan ujian diatas.
Faktor Amerika Serikat
Amerika Serikat pada waktu itu sedang terlibat dalam perang Vietnam dan berusaha sekuat tenaga agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunisme. Peranan badan intelejen Amerika Serikat (CIA) pada peristiwa ini sebatas memberikan 50 juta rupiah (uang saat itu) kepada Adam Malik dan walkie-talkie serta obat-obatan kepada tentara Indonesia. Politisi Amerika pada bulan-bulan yang menentukan ini dihadapkan pada masalah yang membingungkan karena mereka merasa ditarik oleh Sukarno ke dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia ini.
Salah satu pandangan mengatakan bahwa peranan Amerika Serikat dalam hal ini tidak besar, hal ini dapat dilihat dari telegram Duta Besar Green ke Washington pada tanggal 8 Agustus 1965 yang mengeluhkan bahwa usahanya untuk melawan propaganda anti-Amerika di Indonesia tidak memberikan hasil bahkan tidak berguna sama sekali. Dalam telegram kepada Presiden Johnson tanggal 6 Oktober, agen CIA menyatakan ketidakpercayaan kepada tindakan PKI yang dirasa tidak masuk akal karena situasi politis Indonesia yang sangat menguntungkan mereka, dan hingga akhir Oktober masih terjadi kebingungan atas pembantaian di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali dilakukan oleh PKI atau NU/PNI.
Pandangan lain, terutama dari kalangan korban dari insiden ini, menyebutkan bahwa Amerika menjadi aktor di balik layar dan setelah dekrit Supersemar Amerika memberikan daftar nama-nama anggota PKI kepada militer untuk dibunuh. Namun hingga saat ini kedua pandangan tersebut tidak memiliki banyak bukti-bukti fisik.
KETERLIBATAN CIA DALAM PERISTIWA G30S/PKI
Central Intelligence Agency (CIA) diduga berada dibalik kasus G 30 S/PKI yang meletus 1965. Tragedi tersebut dianggap rekayasa yang mengakibatkan tewasnya Jenderal Ahmad Yani dan beberapa jendral lainnya.
Banyaknya versi mengenai peristiwa naas tersebut, harus dijelaskan kepada masyarakat. Agar menjadi jelas keberadaan dan kebenarannya. Minimal penjelasan tersebut harus sudah diterima oleh para pelajar di SMA. Demikian dinyatakan sejarawan LIPI Asvi Warman Adam dalam peluncuran novel "The Forgotten Massacre," mengenai kisah persahabatan dan cinta ditengah tragedi G 30 S/PKI di Grand Indonesia Shoping, Jakarta, Jum'at (2/10) kemarin.
"Banyak versi mengenai terjadinya pemberontakan G 30 S/PKI, menurut pemerintah dalangnya adalah PKI. Namun, versi lain mencuat CIA muncul di belakang peristiwa itu. Amerika ikut berperan dalam kejadian tahun 65," kata Asvi
Dugaan ini diperkuat setelah pemerintah Amerika membuka arsip negaranya setiap tahun. Ternyata ada arsip tertulis yang menyatakan keterlibatan Amerika Serikat melalui CIA.
Menurut Asvi, sebenarnya tidak hanya Amerika Serikat yang terlibat dalam kasus G 30 S/PKI, tetapi Inggris dan Australia pada saat itu juga ikut bermain untuk membantu upaya pemberantasan komunisme.
Lebih lanjut, Asvi menyatakan, ada pertemuan pada tahun 1964 di Filipina yang merumuskan skenario Amerika Serikat untuk Indonesia. Yaitu skenario supaya Indonesia tidak jatuh kepada Komunis PKI. Kalau hal itu terjadi, maka posisi Amerika yang saat itu bertempur melawan Vietnam akan semakin terjepit.
"Amerika tidak ingin Indonesia dikuasai Komunis, karena dampaknya Malaysia dan Singapura juga akan dikuasai komunis. padahal saat itu Amerika sedang berperang melawan komunis," terang Asvi sebagaimana dilansir oleh www.inilah.com
Maka skenarionya adalah memprofokasi PKI yang ditumpas oleh TNI AD dan mengakibatkan Soekarno akhirnya jatuh. Nampaknya menjadi kenyataan tahun 1965. Berhasil mencapai tujuan memang, namun gagal karena para Jendral TNI meninggal.
Sekitar CIA dan G.30.S/PKI/1965
Julius Mader dalam bukunya, Who’s Who in CIA, mencatat 77 nama agen CIA yang bertugas di Indonesia hingga tahun 1967. Sebagian nama yang disebut Mader bukan nama yang asing bagi sejumlah orang Indonesia. Hanya saja nama nama tsb tidak dikenal sebagai agen CIA melainkan nama pejabat di Kedubes AS sekitar 1965 yang suka berdiskusi, mengajak berolahraga bersama, membuat resepsi atau mengundang makan. Rosihan Anwar bekas pemimpin redaksi majalah Pedoman ketika membaca nama nama tsb mengenali beberapa diantaranya Edward E. Masters (Sekretaris Atase Politik Kedubes AS di Jakarta 1965, Jack Wilson Lydman (orang kedua di Kedubes AS), Burton Levin (Sekretaris III Bidang Politik Kedutaan, 1959), dan Francis T. Underhill (pegawai Kedubes AS).
Rosihan Anwar yang dulu sering bergaul dengan banyak orang AS, sudah mencurigai gerak gerik pejabat pejabat tadi. Mereka pada umumnya pandai bergaul dan mengajak bermain Badminton atau makan malam. Sahata Hutagalung yang dahulu pemimpin koran Sinar Harapan di Medan masih mengingat nama nama Dean J. Almy Jr. dan Robert L. Taylor bekas pejabat Konsul AS di Medan sekitar 1965. Robert L. Taylor yang ramah itu tidak saja akrab dengan Sahata tetapi juga dengan Syamsudin Manan (dari koran Mimbar Umum), Dahlan (harian Bintang Indonesia), dan Syarifudin (harian Bukit Barisan). Lewat organisasi English Conversation yang didirikannya, Robert L. Taylor dengan rekan rekan Indonesianya berbicara mengenai banyak hal termasuk masalah politik dan gerakan PKI. Dari persahabatan itu pula tiga pemimpin redaksi dari Medan tadi sempat melancong ke AS. Sahata Hutagalung yang kini 65 dan pengusaha Restoran Tip-Top di medan itu tidak menyangka bahwa rekanan ASnya adalah agen CIA.
Menurut laporan GATRA, dokumen CIA Indonesia 1965: The Coup That Backfired yang terdiri dari 311 halaman dan tersimpan di Library of Congress memuat laporan laporan resmi agen CIA sejak 1964-1967. Anehnya, didalam dokumen tsb. tidak diungkapkan keterlibatan CIA dalam peristiwa G 30 S/PKI dan juga tidak mengungkapkan kecurigaan CIA terhadap Angkatan Darat RI! Hal ini bertentangan dengan semua tulisan tulisan mengenai G 30 S/PKI sebelumnya, kecuali dengan buku putih terbitan Sekretariat Negara yang berjudul Gerakan 30 September Pemberontakan PKI: Latar Belakang, Aksi dan Penumpasannya. Dokumen CIA secara kontroversial justru menyebutkan kecurigaan CIA terhadap Bung Karno yang sebelumnya sudah mengetahui rencana kudeta dan seolah olah tidak dapat berbuat apa apa untuk menghindarinya. Uraian CIA selanjutnya mirip dengan uraian buku putih keluaran Sekneg.
Dalam dokumen CIA disebutkan bahwa Kapuspen Hankam dan bekas ajudan Bung Karno, Jendral Sugandhi, pada 27 September 1965 diberi tahu oleh Sudisman tentang rencana PKI tanggal 30 September 1965. Sugandhi memberi tahu Bung Karno tentang hal tsb namun Bung Karno malah menuduh Sugandhi sebagai komunisto phobi. Sugandhi memang datang ke istana untuk melapor tapi Sugandhi keburu dimarahi dan diusir Bung Karno sebelum memberikan laporannya. Saya yakin Bung Karno tidak mengetahui rencana G 30 S/PKI!! Saya ingat betul justru para diplomat AS berperan sebagai agen CIA; misalnya Robert J. Martens yang mengungkapkan nama 5000 anggota PKI kepada TNI AD.
Bernardo Hugh Tovar, 73, direktur CIA yang bertugas di Jakarta pada 1964 hingga 1966 menngaku tidak banyak tahu tentang peristiwa 30 September 1965 di Jakarta dan membantah keterlibatan CIA dalam peristiwa G 30 S/PKI. CIA hanya mengobservasi keadaan dan membuat laporan detail tentang keadaan waktu itu, tuturnya. Selanjutnya Bernardo mengakui bahwa CIA mengetahui rencana PKI untuk mengadakan kudeta tapi CIA tidak membantu TNI AD dalam menumpas PKI.
Ketika ditanya mengenai laporan Sugandhi kepada Bung Karno mengenai rencana PKI (seperti juga yang ditercantum dalam buku Nasution Memenuhi Panggilan Tugas), Nasution mengatakan bahwa sekalipun dalam pemeriksaan Mahmilub Sugandhi mengakui bahwa ia telah melaporkan rencana PKI itu, tetapi Bung Karno tidak pernah diadili, jadi sulit membuktikan apakah benar Bung Karno mengetahui jauh hari sebelum peristiwa G 30 S/PKI.
Prof. Kahin bahkan mensinyalir keterlibatan dinas rahasia Inggris M16 karena Inggris berkepentingan menggulingkan Bung Karno karena politik Ganyang Malaysianya. Dr. Taufik Abdullah, sejarawan LIPI mengatakan bahwa dokumen CIA bukanlah jaminan kebenaran sejarah. Dua tahapan sebagai prasyarat penting bagi pengujian suatu dokumen haru dilewati yaitu: tahapan pengujian internal (diuji logika uraiannya) dan secara eksternal (diuji kebenarannya dengan cara empiris dan diuji dengan fakta dari dokumen sahih lainnya). Menurut Dr. Taufik Abdullah dokumen berstempel CIA belum tentu lulus tahapan ujian diatas.
Faktor Amerika Serikat
Amerika Serikat pada waktu itu sedang terlibat dalam perang Vietnam dan berusaha sekuat tenaga agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunisme. Peranan badan intelejen Amerika Serikat (CIA) pada peristiwa ini sebatas memberikan 50 juta rupiah (uang saat itu) kepada Adam Malik dan walkie-talkie serta obat-obatan kepada tentara Indonesia. Politisi Amerika pada bulan-bulan yang menentukan ini dihadapkan pada masalah yang membingungkan karena mereka merasa ditarik oleh Sukarno ke dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia ini.
Salah satu pandangan mengatakan bahwa peranan Amerika Serikat dalam hal ini tidak besar, hal ini dapat dilihat dari telegram Duta Besar Green ke Washington pada tanggal 8 Agustus 1965 yang mengeluhkan bahwa usahanya untuk melawan propaganda anti-Amerika di Indonesia tidak memberikan hasil bahkan tidak berguna sama sekali. Dalam telegram kepada Presiden Johnson tanggal 6 Oktober, agen CIA menyatakan ketidakpercayaan kepada tindakan PKI yang dirasa tidak masuk akal karena situasi politis Indonesia yang sangat menguntungkan mereka, dan hingga akhir Oktober masih terjadi kebingungan atas pembantaian di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali dilakukan oleh PKI atau NU/PNI.
Pandangan lain, terutama dari kalangan korban dari insiden ini, menyebutkan bahwa Amerika menjadi aktor di balik layar dan setelah dekrit Supersemar Amerika memberikan daftar nama-nama anggota PKI kepada militer untuk dibunuh. Namun hingga saat ini kedua pandangan tersebut tidak memiliki banyak bukti-bukti fisik.
9 komentar:
- agen sbobet mengatakan...
-
ya bisa aja konspirasi
- 24 Februari 2013 pukul 21.28
- frans mengatakan...
-
Dalangnya pasti amerika yang mencari kesempatan menjajah indonesia
- 14 November 2014 pukul 04.56
- Unknown mengatakan...
-
Baru sebuah dugaan, mungkin juga hanya konspirasi, tetapi amerika dan pki sama2 berbahaya!
- 31 Agustus 2015 pukul 23.27
- ZAENAL ABIDIN, S.Ag. Guru PAI SMPN 1 Winoayu mengatakan...
-
Komunis, Islam, Kapitalis, itulah 3 kekuatan dunia. kini kapitalis ( AS dkk. berjaya) tapi ahir zaman Islam berjaya kembali dan berhasil mensejahterakan dunia tanpa pandang bulu. rahmatan lil alamiin
- 25 Mei 2016 pukul 20.10
- Deje Extrem mengatakan...
-
Masuk akal memang, amerika negara yang sangat membutuhkan sda, sda negara2 arab juga bnyak dikangkangi. Belanda yg belum mngenal mesin jet sdh berusaha menguasai indonesia karena cengkeh rempah.. Apa lagi sekarang ini amerika bisa melihat dibawah bumi ini mengandung berton emas dan uranium..
- 8 Maret 2017 pukul 12.08
- Anonim mengatakan...
-
kontol gw keras
- 21 September 2017 pukul 03.35
- Fajar Nindyo mengatakan...
-
Artikel tambahan : http://www.mylifejourneystory.com/2017/09/siapa-dalang-dibalik-peristiwa-g30s-1965.html
- 24 September 2017 pukul 06.17
- Unknown mengatakan...
-
Jika cia-AS berperan dalam menumpas pki di Indonesia artinya skor 2-0 AS atas Indonesia. Skor 1-0 terjadi ketika AS menjatuhkan little boy atas hiroshima n' nagasaki,- yg akibatnya Indonesia kesempatan memproklamirkan kemerdekaan yg sebelumnya berada dibawah cengkeraman kejam penjajah Jepang. Dan menurut saya sekarang ini skor sudah 3-0, jika kita menyadari penemuan2,teknologi dan science yg kita gunakan di negeri ini. Apakah kita tidak sadar, atau mita malu2 mengakui?. Dan sepertinya dalam waktu yg tak lama lagi, skor menjadi 4-0, ketika Indonesia terlibat perang saudara akibat otak sektarian yang sering tak logic atau bangkitnya kembali komunis melalui kemesraan Jakarta dengan Tiongkok dan Rusia akhir2 ini.
- 28 September 2017 pukul 08.17
- gathotsupriono mengatakan...
-
Perang Dingin (1947-1991): blok Barat (Kapitalis) pimpinan AS vs Blok Timur (Komunis) pimpinan Uni Soviet, telah dimenangkan AS. Uni Soviet bubar - komunis pun bubar. Russia (ex Uni Soviet) pun telah menjadi negara demokrasi kapitalis (lihat World Cup 2018). China pun telah menjadi negara yang paling kapitalis di dunia (AS berhutang miliaran dollar sama China). Tinggal Korut yg masih komunis-kini mulai bermesraan dgn Korsel. Komunis adalah ideologi yang tak laku dijual. Bangkitnya komunis hanya karangan elite politik yang tak kebagian jabatan - rakyat Indonesia sudah cerdas...
- 19 Agustus 2018 pukul 22.14
9 komentar:
ya bisa aja konspirasi
Dalangnya pasti amerika yang mencari kesempatan menjajah indonesia
Baru sebuah dugaan, mungkin juga hanya konspirasi, tetapi amerika dan pki sama2 berbahaya!
Komunis, Islam, Kapitalis, itulah 3 kekuatan dunia. kini kapitalis ( AS dkk. berjaya) tapi ahir zaman Islam berjaya kembali dan berhasil mensejahterakan dunia tanpa pandang bulu. rahmatan lil alamiin
Masuk akal memang, amerika negara yang sangat membutuhkan sda, sda negara2 arab juga bnyak dikangkangi. Belanda yg belum mngenal mesin jet sdh berusaha menguasai indonesia karena cengkeh rempah.. Apa lagi sekarang ini amerika bisa melihat dibawah bumi ini mengandung berton emas dan uranium..
kontol gw keras
Artikel tambahan : http://www.mylifejourneystory.com/2017/09/siapa-dalang-dibalik-peristiwa-g30s-1965.html
Jika cia-AS berperan dalam menumpas pki di Indonesia artinya skor 2-0 AS atas Indonesia. Skor 1-0 terjadi ketika AS menjatuhkan little boy atas hiroshima n' nagasaki,- yg akibatnya Indonesia kesempatan memproklamirkan kemerdekaan yg sebelumnya berada dibawah cengkeraman kejam penjajah Jepang. Dan menurut saya sekarang ini skor sudah 3-0, jika kita menyadari penemuan2,teknologi dan science yg kita gunakan di negeri ini. Apakah kita tidak sadar, atau mita malu2 mengakui?. Dan sepertinya dalam waktu yg tak lama lagi, skor menjadi 4-0, ketika Indonesia terlibat perang saudara akibat otak sektarian yang sering tak logic atau bangkitnya kembali komunis melalui kemesraan Jakarta dengan Tiongkok dan Rusia akhir2 ini.
Perang Dingin (1947-1991): blok Barat (Kapitalis) pimpinan AS vs Blok Timur (Komunis) pimpinan Uni Soviet, telah dimenangkan AS. Uni Soviet bubar - komunis pun bubar. Russia (ex Uni Soviet) pun telah menjadi negara demokrasi kapitalis (lihat World Cup 2018). China pun telah menjadi negara yang paling kapitalis di dunia (AS berhutang miliaran dollar sama China). Tinggal Korut yg masih komunis-kini mulai bermesraan dgn Korsel. Komunis adalah ideologi yang tak laku dijual. Bangkitnya komunis hanya karangan elite politik yang tak kebagian jabatan - rakyat Indonesia sudah cerdas...
Posting Komentar